Profil Desa Tlepokkulon
Ketahui informasi secara rinci Desa Tlepokkulon mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Tlepokkulon, Grabag, Purworejo. Mengungkap sinergi unik antara sektor pertanian yang subur dan geliat industri konfeksi rumahan yang menjadi motor penggerak ekonomi kreatif dan pilar utama kemandirian desa.
-
Ekonomi Ganda: Pertanian dan Konfeksi
Perekemonomian desa ditopang oleh dua sektor kuat: pertanian padi di lahan subur sebagai basis ketahanan pangan, dan industri konfeksi (garmen) skala rumahan sebagai mesin utama ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja.
-
Kampung Konfeksi yang Dinamis
Desa Tlepokkulon dikenal luas sebagai "kampung konfeksi", di mana sebagian besar warganya memiliki keterampilan menjahit dan terlibat dalam rantai produksi garmen, mulai dari penjahit hingga pemilik usaha.
-
Etos Kerja dan Semangat Wirausaha
Masyarakatnya memiliki etos kerja yang tinggi dan semangat wirausaha yang kuat, berhasil mentransformasikan keahlian individual menjadi sebuah industri kolektif yang menghidupi desa.
Desa Tlepokkulon, sebuah wilayah administrasi yang padat dan dinamis di Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, menyajikan sebuah fenomena ekonomi pedesaan yang luar biasa. Di tengah hamparan sawah subur yang menandakan kekuatan agrarisnya, desa ini justru lebih dikenal karena deru mesin jahit yang tak pernah berhenti dari rumah-rumah warganya. Tlepokkulon telah berhasil mentransformasikan dirinya menjadi sebuah "kampung konfeksi", di mana keterampilan menjahit bukan lagi sekadar pekerjaan sampingan, melainkan telah menjadi industri utama yang menggerakkan roda perekonomian, menciptakan kemandirian dan menjadi kebanggaan desa.
Kondisi Geografis dan Tata Ruang Desa
Secara geografis, Desa Tlepokkulon terletak di kawasan dataran rendah yang subur, sebuah lokasi ideal untuk pertanian padi. Kondisi ini secara historis menjadi penopang utama kehidupan masyarakatnya. Namun seiring waktu, fungsi lahan tidak hanya untuk pertanian, tetapi juga menjadi basis bagi ratusan unit usaha konfeksi rumahan.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, luas wilayah Desa Tlepokkulon adalah sekitar 1,17 kilometer persegi atau 117 hektare. Meskipun wilayahnya tidak terlalu luas, pemanfaatannya sangat intensif untuk permukiman, persawahan, dan unit-unit usaha. Adapun batas-batas wilayah Desa Tlepokkulon ialah sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kertojayan.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tlepokwetan.
Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bakurejo.
Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bayan.
Nama "Tlepokkulon", yang berarti "Tlepok Sebelah Barat", menunjukkan posisinya yang berdampingan langsung dengan Desa Tlepokwetan, membentuk sebuah aglomerasi wilayah dengan akar sejarah yang sama namun dengan spesialisasi ekonomi yang berbeda.
Demografi dan Karakter Masyarakat Wirausaha
Menurut data kependudukan terkini per tanggal 26 Agustus 2025, Desa Tlepokkulon dihuni oleh sekitar 2.350 jiwa. Dengan luas wilayah 1,17 kilometer persegi, tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi, mencapai 2.008 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini merupakan cerminan dari desa yang hidup dan penuh dengan aktivitas ekonomi.Struktur mata pencaharian penduduknya sangat unik. Meskipun sektor pertanian masih ada, profesi yang mendominasi adalah penjahit, pemilik usaha konfeksi, pemotong kain, dan pedagang pakaian. Keterampilan menjahit telah menjadi keahlian umum yang dimiliki oleh sebagian besar angkatan kerja, baik laki-laki maupun perempuan. Karakter masyarakatnya sangat dinamis, berorientasi pada pasar, dan memiliki semangat wirausaha yang tinggi. Mereka adalah para pekerja keras yang mampu membaca tren mode dan memenuhi permintaan pesanan dalam skala besar.
Industri Konfeksi sebagai Jantung Perekonomian
Industri konfeksi adalah jantung yang memompa kehidupan ekonomi di Desa Tlepokkulon. Hampir setiap rumah memiliki setidaknya satu atau beberapa mesin jahit. Desa ini menjadi pusat produksi berbagai jenis pakaian jadi, mulai dari seragam sekolah, pakaian muslim, kemeja, celana, hingga daster, yang dipasarkan ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan hingga ke luar Jawa.Rantai pasok industri ini berjalan secara kolektif dan terorganisir. Ada warga yang berperan sebagai pemilik modal atau juragan yang menerima pesanan besar, kemudian pesanan tersebut didistribusikan ke puluhan penjahit di rumah-rumah. Sistem maklun ( CMT - Cut, Make, Trim) ini menciptakan lapangan kerja yang sangat luas dan fleksibel. Keberhasilan industri ini telah secara signifikan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi angka pengangguran serta ketergantungan pada sektor pertanian. "Hampir semua warga di sini bisa menjahit. Dari usaha konfeksi inilah kami bisa membangun rumah dan menyekolahkan anak-anak hingga jenjang yang tinggi," ujar salah seorang pengusaha konfeksi lokal.
Pembangunan Infrastruktur dan Dukungan Pemerintah Desa
Pemerintah Desa Tlepokkulon sangat mendukung keberlangsungan industri andalannya. Alokasi Dana Desa (DD) dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur yang dapat memperlancar aktivitas ekonomi. Program prioritas meliputi:
Peningkatan Kualitas Jalan: Jalan-jalan desa yang baik sangat vital untuk lalu lintas pemasok bahan baku kain dan pengangkutan pakaian jadi dalam jumlah besar.
Pengelolaan Lingkungan: Mengatasi isu limbah sisa kain dan benang menjadi salah satu fokus untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Fasilitasi Usaha: Pemerintah desa aktif memfasilitasi para pelaku usaha untuk mendapatkan akses informasi, pelatihan dari dinas perindustrian, dan kemudahan dalam perizinan usaha.
Tantangan dan Prospek Cerah di Masa Depan
Tantangan utama yang dihadapi industri konfeksi Tlepokkulon adalah persaingan yang ketat dari produk pabrikan skala besar dan produk impor. Selain itu, fluktuasi harga bahan baku dan kebutuhan untuk terus beradaptasi dengan perubahan tren mode menuntut para pelaku usaha untuk selalu inovatif.Namun, prospek masa depan Desa Tlepokkulon sebagai "Kampung Konfeksi" sangatlah cerah. Potensi untuk membangun sebuah merek kolektif atau brand "Tlepokkulon" yang menjadi jaminan kualitas sangat terbuka. Pengembangan sebuah sentra atau showroom terpadu di desa dapat menjadi etalase bagi para pembeli besar.Dengan terus meningkatkan kualitas produksi, memperluas jaringan pemasaran melalui platform digital, dan melakukan regenerasi keterampilan kepada generasi muda, Desa Tlepokkulon tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berpotensi menjadi salah satu sentra industri garmen pedesaan terbesar dan paling berdaya saing di Jawa Tengah.